Arsip Blog

COMALinfo - Muhandis Azzuhri, dosen IAIN Pekalongan berkesempatan melakukan dakwah di Negara 1001 Kasino Makau, baru-baru ini. Muhandis yang juga Kepala Jurusan (Kajur) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) tersebut berangkat ke Makau sebagai Dai Ambassador atas dukungan dari Dompet Dhuafa selama bulan Ramadhan 1438 hijriyah lalu.

Keberangkatan Muhandis ke Kota Judi di Kasino Makau tersebut, setelah menjalani proses seleksi Dai Ambassador yang begitu ketat dari sekitar 245 pendaftar. Kemudian diseleksi menjadi 19 dai untuk ditempatkan di seluruh dunia di beberapa negara, satu diantaranya Muhandis Azzuhri.


Selama di Makau, Pak Muhandis, begitu ia akrab disapa, berinteraksi langsung dengan jamaah yang rata-rata warga Indonesia yang tinggal di sana. Ia memberikan tausiah, sekaligus konsultasi keagamaan bagi para Buruh Migran Indonesia dan para muallaf dari berbagai negara di negara Makau.

“Selama bulan suci Ramadan penuh, kami berdakwah di kawasan Kasino Makau. Sementara, tepat 1 Syawal Lebaran Idul Fitri bergeser di Yuen Long Hongkong untuk mengisi khutbah pada Salat Idul Fitri,” tutur Muhandis .


Dijelaskan, di Makau sendiri, kata dia, merupakan arena perjudian yang sangat bebas. Disana , lanjut dia, hanya boleh lihat-lihat saja, tetapi tidak diperkenankan mengambil foto dan berselfie.

“Saya sempat mengabadikan arena berjudi dengan cara memfoto dan mem-video-kan aktivitas judi di sana dengan cara sembunyi-sembunyi. Tetapi kemudian diketahui oleh security setempat dan diminta untuk dihapus,” kenangnya.

Jika ketahuan mengambil foto maupun video aktivitas perjudian, lanjut dia, otomatis ponsel maupun kamera disita. Namun demikian, di balik kemegahan dan gemerlapnya judi di Makau ternyata, bertebaran pula sejumlah majelis-majelis taklim atau tempat pengajian. Salah satunya Majlis Ta’ lim Indonesia Macau (Matim), salah satu organisasi Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bergerak di bidang dakwah.

Majlis taklim dimaksud sering menggelar kajian sepekan sekali dengan pembacaan Surat Yasin, Tahlilan, pembacaan salawat dan kajian keislaman lainnya dengan para pekerja di Makau maupun para mualaf. Selama bulan Ramadan di kota judi, Muhandis rutin memberikan tausiah maupun kajian.

“Bekerja di Makau rata-rata 12 jam sehari. Ada yang menjadi pembantu rumah tangga, ada yang menjadi pramusaji di berbagai hotel dan kasino yang tersebar di negara tersebut, tetapi malamnya mereka mengaji Alquran,” tuturnya.

Menurut Rektor IAIN Pekalongan, Ade Dedi Rohayana, IAIN Pekalongan dengan Tri Dharma Perguruan tingginya selalu menekankan aspek pendidikan, penelitian dan pengabdian. Terkait diberangkatkannya dosen IAIN Pekalongan ke Makau, atas kerjasama dengan lembaga Dompet Dhuafa dalam lingkup pendidikan, maupun pembelajaran, serta peningkatan sumberdaya manusia di bidang dakwah. Dakwah dosen di Makau, kata dia, merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat dari pihak civitas akademika. Suaramerdeka

0 komentar:

Post a Comment

COMALinfo © 2014. All Rights Reserved. Powered By Blogger
Blogger